10 Hal yang Perlu Dihindari Saat Berhadapan dengan Gangguan Kepribadian Skizotipal

10 Hal yang Perlu Dihindari Saat Berhadapan dengan Gangguan Kepribadian Skizotipal

poltekkespalangkaraya.com – Pernah ketemu seseorang yang cara berpikirnya terasa agak “aneh” tapi mereka bukan orang jahat? Atau kamu ngobrol sama seseorang yang punya pandangan hidup unik banget, sampai kamu bingung harus nanggepin gimana? Bisa jadi, kamu lagi berinteraksi dengan orang yang mengalami gangguan kepribadian skizotipal. Mereka biasanya punya gaya bicara dan keyakinan yang nyeleneh, kadang disalahpahami sebagai “ngaco”, padahal mereka punya dunia dalam pikirannya sendiri.

Di artikel ini yang aku tulis di poltekkespalangkaraya.com, aku mau bantu kamu biar lebih siap dan bijak saat berhubungan sama orang dengan kepribadian skizotipal. Bukan buat ngejauhi, tapi supaya kamu nggak malah bikin mereka makin tertutup atau tertekan. Yuk, simak 10 hal penting yang sebaiknya dihindari saat menghadapi situasi seperti ini.

1. Jangan Langsung Menyalahkan atau Menghakimi

Orang dengan skizotipal sering punya pemikiran atau keyakinan yang nggak umum, bahkan kadang terdengar “mistis” atau aneh. Tapi bukan berarti kamu bisa langsung bilang “kamu salah” atau “itu halu banget sih”. Respon kayak gitu bisa bikin mereka makin menarik diri. Lebih baik dengarkan dulu tanpa terburu-buru menilai.

2. Hindari Mengejek atau Menertawakan

Bisa aja mereka ngomong sesuatu yang menurutmu lucu atau nggak masuk akal, tapi mengejek atau menertawakan mereka langsung bisa bikin situasi jadi buruk. Ingat, mereka bukan lagi bercanda. Buat mereka, apa yang dikatakan bisa terasa nyata dan penting. Jadi sebisa mungkin hindari sikap meremehkan.

3. Jangan Paksa Mereka Bersosialisasi

Skizotipal biasanya punya kecenderungan untuk menghindari interaksi sosial. Bukan karena sombong atau jutek, tapi memang mereka merasa lebih nyaman dalam dunia sendiri. Kalau kamu maksa mereka buat “ayo dong kumpul bareng”, bisa-bisa malah bikin mereka makin tertekan. Beri ruang dan waktu, biar mereka merasa aman dulu.

4. Hindari Percakapan yang Terlalu Langsung dan Kasar

Gaya komunikasi yang terlalu “to the point” atau keras bisa bikin mereka merasa diserang. Mereka butuh pendekatan yang lebih lembut dan hati-hati. Misalnya, daripada bilang “kamu salah paham terus sih”, lebih baik katakan “aku rasa mungkin kita perlu lihat ini dari sisi lain.”

5. Jangan Terlalu Banyak Tekanan atau Tuntutan

Terlalu banyak memberi ekspektasi bisa bikin mereka cepat stres. Mereka bukan tipe yang tahan dengan tekanan sosial tinggi, jadi kalau kamu berharap mereka selalu “normal” di tengah keramaian atau ikut arus, itu nggak akan jalan. Lebih baik beri dukungan yang realistis dan tanpa tuntutan.

6. Hindari Memberi Label Secara Sembarangan

Bilang “kamu kayak orang gila deh” atau “kamu aneh banget” itu sama sekali nggak membantu. Label negatif cuma bakal memperburuk kondisi mental mereka. Kalau kamu emang peduli, hindari kata-kata yang bisa melukai harga diri mereka, sekecil apapun itu.

7. Jangan Menganggap Mereka Nggak Mau Berubah

Kadang kita ngerasa “ah, dia emang begitu dari dulu”, lalu pasrah dan nggak mau mencoba memahami lagi. Padahal, dengan bantuan profesional dan lingkungan yang suportif, mereka bisa berkembang. Jadi jangan berhenti berharap atau malah membatasi mereka dengan cap tertentu.

8. Hindari Memaksakan Logika Kamu ke Mereka

Kamu mungkin tipe orang yang logis dan berpikir rasional. Tapi ketika kamu mencoba maksa pola pikirmu ke mereka yang punya cara pandang berbeda, yang ada malah konflik. Lebih baik gunakan pendekatan empati. Dengar dulu, dan jika ingin berdiskusi, pakai bahasa yang netral dan nggak menggurui.

9. Jangan Singkirkan Mereka dari Lingkaran Sosial

Meski mereka cenderung menarik diri, bukan berarti kamu harus menjauh juga. Justru penting buat tetap melibatkan mereka, tapi dengan cara yang nyaman buat mereka. Undang mereka ke acara sosial tanpa maksa, kasih opsi untuk datang atau nggak, dan pastikan mereka tahu kamu tetap terbuka.

10. Jangan Menyepelekan Perlunya Bantuan Profesional

Kalau kamu dekat dengan orang skizotipal dan merasa interaksi kalian makin sulit, bukan berarti kamu harus hadapi sendiri. Jangan ragu buat menyarankan atau bantu mereka akses ke psikolog atau psikiater. Tapi ingat, lakukan dengan cara yang penuh pengertian, bukan dengan nada menghakimi atau mendesak.

Penutup

Berinteraksi dengan orang berkepribadian skizotipal memang butuh kesabaran ekstra dan pemahaman yang lebih dalam. Mereka bukan orang jahat, cuma punya cara sendiri dalam memandang dunia. Kita sebagai teman, keluarga, atau rekan kerja bisa bantu menciptakan ruang yang lebih aman dan nyaman buat mereka berkembang.

Semoga artikel dari poltekkespalangkaraya.com ini bisa jadi bekal awal buat kamu yang ingin lebih bijak dan empatik dalam menghadapi situasi seperti ini. Kadang, hal kecil seperti tidak memaksa atau tidak menghakimi bisa jadi langkah besar untuk bantu seseorang merasa dihargai dan diterima.